SMA 3 Yogyakarta mengadakan pagelaran
seni teater atau yang lebih dikenal dengan Pentas Besar Teater Jubah Macan. Pagelaran
seni ini diadakan dari tahun ke tahun sebagai wadah berekspresi bagi siswa –
siswi SMA 3 Yogyakarta dalam mengembangkan minat dan bakatnya.
Pentas Besar Teater Jubah Macan tahun ini mengangkat judul “Apocryphal” yang berarti “Kebenaran yang diragukan” menghadirkan berbagai macam karakter dengan keunikannya masing – masing dari pemain.
![]() |
Pentas Besar Teater Jubah Macan "Apocryphal". Dokumentasi : Youtube Padmanaba Productions |
Sutrada Utama Pentas Besar 2022,
Alyaa Nur Ghaisani G menjelaskan teater tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya
dengan tagline “Defy the Odds” yang berarti menentang ketidakmungkinan dan bertema
kebebasan. Alyaa menceritakan ada seorang wanita yang terlahir hijau dan dia
menentang perintah penyihir agung dari Oz yang mengatakan bahwa hewan
seharusnya hanya untuk dilihat bukan didengar.
Alyaa menceritakan bermula ketika seorang bayi berwarna hijau dengan
kekuatan sihir alami terlahir ke dunia. Ialah Elphaba, yang terasa seperti
ancaman bagi sebagian orang di sekitarnya. Kehidupan sekolahnya di Shiz
University bersama sang adik, Nessarose, membuka matanya bahwa penduduk Land Of
Oz tidak seharmonis dari apa yang terlihat. Berbagai cacian dan makian tertuju
pada Elphaba, terutama oleh Glinda yang merupakan teman sekamarnya. Tidak hanya
itu, sosok Penyihir Agung yang selama ini Elphaba kagumi ternyata menentang
keberadaan hewan sebagai makhluk yang dapat berbicara, berpikir, serta memiliki
keahlian dalam sihir. Di tengah segala konflik tersebut, Elphaba mulai mencoba
berdamai dengan Glinda. Keduanya menemui Penyihir Agung dan diminta untuk
melakukan mantra kepada monyet-monyet yang ada di sana agar dapat terbang.
Namun ternyata, hal tersebut dilakukan untuk membantu rencana Penyihir Agung
dalam memusnahkan hewan-hewan yang masih bersikap layaknya manusia, termasuk
para guru. Tidak setuju dengan hal tersebut, Elphaba memutuskan untuk melarikan
diri dan berjanji untuk menyelamatkan mereka. Elphaba merasa bahwa setiap
makhluk memiliki kebebasan dalam memilih apapun yang mereka yakini selama itu
benar, termasuk dirinya sendiri.
Dio selaku tim Pentas Besar Jubah
Macan mengatakan bahwa kisah ini terinspirasi dari film “Wizard of Oz”. Guna
memberikan kesan yang berbeda, Dio dan tim mengambil sudut pandang cerita dari
penyihir hijau dengan nama karakter Elphaba.
“Kita membawakan konsep cerita yang belum pernah dibawakan di film sehingga orang-orang tertarik untuk nonton karena cerita ini punya ciri khas tersendiri. Selain itu, keunikan terletak pada pengambilan pemeran yang berbeda dengan warna kulit hijau, serta memperkaya karakter karena menghadirkan manusia dan hewan,” jelas Dio dalam laman youtube Padamana Productions.
Melalui pementasan ini, Dio dan tim ingin Elphaba menunjukkan bagaimana ia bisa memperjuangkan hak-hak dari karakter para hewan. Pesan serupa juga disampaikan oleh Alif selaku Kepala Produksi. Ia menuturkan bahwa kebebasan harus diperjuangkan. Setiap mahluk hidup berhak untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
Posting Komentar